Bagi Mbah
Sarno, setiap hari adalah hari kerja. Dimana ada peluang untuk menghasilkan
rupiah, disitu dia akan terus berusaha. Hebatnya, beliau adalah orang yang
sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang. Jam
11, saat tiba di depan sebuah rumah mewah di ujung gang, diapun akhirnya
mendapat pelanggan pertamanya hari ini. Seorang pemuda usia 20 tahunan,
terlihat sangat terburu-buru.
Ketika
Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena
pekerjaan ini sudah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia
berhasil menyelesaikan pekerjaannya.
“5000
rupiah mas”
Sang
pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya. Mbah Sarno jelas
kaget dan tentu ia tidak punya uang kembalian sama sekali apalagi sang pemuda
ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.
“Wah mas
gak ada uang pas ya?”
“Nggak ada
pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak”
“Maaf Mas,
saya nggak punya uang kembalian”
“Waduh
repot juga kalo gitu. Ya sudah saya cari dulu sebentar pak ke warung depan”
“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”
“Udah mas nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja. Saya perhatikan mas lagi buru-buru. Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi.”
“Oh
syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak.”
Jam demi
jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno.
Dia cuma mendapatkan 1 pelanggan dan itupun belum membayar. Ia terus menanamkan
dalam hatinya, “Ikhlas. Insya Allah akan dapat gantinya.”
Waktu
menunjukkan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di masjid depan
lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.
Ya Allah,
izinkan aku mencicipi secuil rezekimu hari ini. Hari ini aku akan terus berusaha,
selebihnya adalah kehendakMu.”
Selesai
berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.
Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.
Saat ia akan menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu di samping sepedanya.
“Wah
kebetulan kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak.”
Kali ini
pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan. Tidak hanya selembar, tapi
5 lembar.
“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?” “Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya pak” “Tapi ini terlalu banyak mas”
“Saya bayar sol sepatu cuma Rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”
“Loh loh mas? Ini mas belum mecahin uang ya? Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok 5 lembar mas. Ini nggak salah ngambil mas?” “Sudah pak, terima saja. Kembaliannya, sudah saya terima tadi, pak. Hari ini saya tes wawancara. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya pak” “Tapi ini terlalu banyak mas”
“Saya bayar sol sepatu cuma Rp 5000 pak. Sisanya untuk membayar kesuksesan saya hari ini dan keikhlasan bapak hari ini.”
Tuhan
punya cara tersendiri dalam menolong hamba-hambaNya yang mau berusaha dalam
kesulitannya. Dan kita tidak akan pernah tahu kapan pertolongan itu tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar